Yayasan Penabulu sebagai salah satu mitra CEPF, berperan untuk mendukung upaya peningkatan kapasitas CSO di Wallacea dalam konservasi dan pemanfaatan keragaman hayati secara berkelanjutan. Pelatihan ini tidak semata-mata diadakan untuk mempersiapkan pengucuran hibah kepada CSO setempat, tetapi lebih untuk meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan menghubungkan kegiatan konservasi dengan livelihood, serta meningkatkan pemahaman dalam perencanaan, implementasi dan monitoring program konservasi secara umum.
Kegiatan ini dilakukan dibeberapa wilayah di Wallacea diantaranya:
- Di Area Prioritas Program, Seram dan Koridor laut Buru. Yang mana area prioritas ini
mencakup wilayah Maluku dan Maluku Utara.
Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari di kota Ambon pada tanggal 10 – 13 Oktober 2016. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa organisasi lokal yang bekerja di wilayah Maluku dan Maluku Utara terutama di area prioritas program “Seram dan Koridor laut Buru”, organisasi tersebut diantaranya: Yayasan Arman, YPPM (Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat), Yayasan LITANI, Yayasan ALMENDO, Yayasan GITA KASIH, KIRANIS, Yayasan Walang Perempuan, Arica Mahina dan Yayasan TITAMAE.
- Di Area Prioritas Program, Kepulauan Sangihe-Talaud dan Koridor Laut Sulawesi Utara.
Kegiatan dilakukan di kota Manado pada tanggal 17 – 21 Oktober 2016. Organisasi Lokal yang terlibat pada kegiatan ini diantaranya: LPMF 21, Yayasan Areceles, Perkumpulan Rumah Ganeca Sulut, Perkumpulan Kompas Kabupaten Kepulauan Siau, SMES-KEHATI-Tahuna-Sangihe, Perkumpulan Elung Benua Kabupaten Kepulauan Sangihe, AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), LP2S (Lembaga Pemberdayaan dna Pengembangan Sumberdaya, KPA SPINK dan Forum Rakyat.
- Di Area Prioritas Program, Flores dan Koridor Laut Solor – Alor.
Kegiatan ini dilakukan di kota Maumere pada tanggal 13 – 16 Desember 2016. Organisasi Lokal yang ikut serta dalam kegiatan ini diataranya adalah: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Nusa Bunga, FPKM (Forum Peduli Kawasan Mbeliling, FIRD (Flores Institute for Resource, LSM Garuda, Yayasan Tunas Jaya, Yayasan Mitra Tani Mandiri-Flores, Sanlima (Yayasan Peduli Sesama), Yayasan Anak Cucu Sejahtera, Lembaga Swadaya Masyarakat Bunga Bali, dan Ecofloresta Lembata. Satu lambaga yang tidak hadir adalah Yaspensel Larantuka.
- Di Area Prioritas Program, Halmahera dan Koridor Laut Halmaher
Kegiatan ini dilakukan di kota Ternate pada tanggal 09 – 12 Januari 2017. Kegiatan ini diikuti oleh: Persatuan Lingkar Arus Mahasiswa (PILAS), Yayasan Studi Etnologi Masyarakat Nelayan Kecil (SEMANK), Lembaga Mitra Lingkungan Maluku Utara (LML), Pusat Studi Bencana Univ. Khairun, Jaringan Konservasi Halmahera, Global Bahari Maluku Utara, Yayasan Abdi Kie Raha, Yayasan Mia Wola, Yayasan Saloi, dan Perkumpulan Masyarakat Adat Suku Wayoli Provinsi Maluku Utara.
- Di Area Prioritas Program, Togean – Banggai.
Yang mana area prioritas ini mencakup wilayah Sulawesi Tengah. Kegiatan ini dilakukan di kota Luwuk pada tanggal 16 – 19 Januari 2017. Kegiatan ini diikuti oleh 10 Lembaga local, diantaranya adalah: Perkumpulan Salanggar (Salanggar Seni Lokal dan Penggiat Media Rakyat), Institute PEYARITA, Yayasan Panorama Alam Lestari (YPAL) Kab. Poso, Perkumpulan Banggai Herritage (PBH), Yayasan Bina Ekowisata dan sumberdaya Masyarakat (BEST), Lembaga Perhimpunan Kita (LPK), LEKAS, PIJAK (Lembaga Pengembangan Informasi dan Konservasi), Yayasan Toloko, dan SIKAP Instute.
Pada pelatihan Project Cycle Manajemen ini, peserta pelatihan pada umumnya sudah terbiasa dalam desain dan pengelolaan program walaupun tidak semua organisasi yang terlibat dalam pelatihan bergerak dalam isu konservasi. Meskipun demikian pemahaman konteks konservasi dapat dipahami dengan baik oleh para peserta pelatihan. Lewat pelatihan Project Cycle manajemen harapannya peserta pelatihan dapat menerapkan dengan baik seperti apa konteks konservasi itu sehingga dikedepannya ketika mereka harus menangani isu konservasi kembali, mereka dapat menanganinya dengan baik walaupun organisasi mereka tidak terlibat langsung dalam isu konservasi.