Lahan Produktif Pertanian Grobogan Didesak Tak Beralih Fungsi

GROBOGAN, suaramerdeka.com – Lahan produktif pertanian di Kabupaten Grobogan didesak untuk tidak beralih fungsi, baik menjadi sektor perindustrian maupun pemukiman. Pasalnya sektor pangan merupakan bagian penting untuk menopang perekonomian, terutama di masa pandemi.

Staf Advokasi dan Kemitraan ECHO Green Sardi Winata mengemukakan, keberlanjutan lahan produktif pertanian harus tetap dijaga agar tidak terjadi krisis pangan saat pandemi. Menurutnya, beberapa negara mulai kesulitan pangan akibat pandemi ini. “Kabupaten Grobogan ini penyokong pangan secara nasional. Ini harus terus dijaga, dengan menjaga lahan produktif pertaniannya. Selain itu, peran serta pemuda dan perempuan di sektor pertanian juga perlu didorong lagi,” katanya.

Sardi menjelaskan, program ECHO Green dari Yayasan Penabulu bersama konsorsiumnya yang mendapat dukungan dari uni eropa itu dilaksanakan di dua kecamatan Kabupaten Grobogan, yakni Kecamatan Godong dan Kecamatan Penawangan. Program tersebut akan berlangsung selama tiga tahun.

Pada tahun pertama, pihaknya melakukan pemetaan tata ruang desa lebih dulu. Itu sebagai upaya konsolidasi dengan kepala desa. Kegiatan itu dilakukan untuk mengetahui kondisi ruang pertanian di masing-masing desa, sehingga, napas pertanian bisa terjaga.

Di tahun kedua, pihaknya baru masuk ke sektor pertanian langsung. Pada tahap ini, pihaknya mulai menyentuh para petani, tentunya petani perempuan dan petani muda. Di kesempatan itu pihaknya terus mendorong mereka untuk terlibat dalam rantai pertanian, mulai dari pemilihan benih hingga pemasarannya.

“Rantai pertanian ini panjang, mulai dari pemilihan benih berkualitas, hingga pemasarannya. Nah, mereka bisa terlibat di sana, apakah sebagai penentu pemilihan benih, penggunaan benih, hingga bagaimana hasil panen tersebut dipasarkan,” ujarnya.

Tahun selanjutnya, Sardi berharap pelaksanaan program ECHO Green bisa digaungkan di daerah lain. Di mana, pemuda dan perempuan bisa sukses di sektor lainnya. Kabupaten Grobogan sendiri merupakan salah satu pilot project selain di Lombok Timur, Provinsi NTB dan Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat.

“Untuk sukseskan itu, ada tiga komponen kemitraan yang kami bangun, yakni dengan pemerintah, kelompok tani, dan swasta. Pemerintah dengan regulasi untuk mendorong partisipan pemuda dan perempuan pada pertanian, dan apa yang dihasilkan bisa ditangkap swasta untuk pemasarannya,” jelasnya.

Sesuai nama programnya, Sardi berharap kegiatan pertanian yang dilaksanakan nanti adalah pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan. ‘’Salah satunya dengan pupuk organik sehingga menghasilkan produk yang sehat. Tapi itu kembali ke masing-masing,” tandasnya.

Oleh Zulkifli Z Fahmi

Sumber: http://echogreen.id/lahan-produktif-pertanian-grobogan-didesak-tak-beralih-fungsi/