Pelatihan Penggunaan Program Management and Monitoring System (GraMMS) dan Penyusunan Berita Acara Serah Terima (BAST), Jakarta

Santika Hotel – Slipi, Jakarta, 18-21 Juni 2019

ASEAN Centre for Biodiversity (ACB) bersama Yayasan Penabulu sebagai Service Provider dan National Working Team (NWT) melakukan Pengenalan dan  Pelatihan Penggunaan Program Management and Monitoring System (GraMMS) dan Pelatihan Penyusunan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang diselenggarakan pada tanggal 18-21 Juni 2019 bertempat di Hotel Santika, Slipi, Jakarta Barat.

ACB diwakili oleh Ibu Wardhani Ekoningtyas, bersama fasilitator pelatihan GraMMS Geniuque dan John Ardel, sedangkan Yayasan Penabulu (Service Provider) sebanyak enam (6) oramg dan KLHK/NWT sebanyak tujuh (7) orang, dan Sekretariat Direktorat Jenderal MoEF sebanyak tiga (3) orang.

Yayasan Penabulu dan KLHK/NWT mengenal, memehami dan menggunakan GraMMS sebagai dasar dalam pelaksanaan SGP Indonesia secara transparan dan dapat diakses oleh semua pihak. GraMMS juga diharapkan dapat digunakan oleh proponen atau grantees untuk memasukkan proposal, monitoring, dan melaporkan kegiatan dan keuangan secara transparan dan bertanggung gugat.

Pelatihan Penyusunan Berita Acara Serah Terima (BAST) difasilitasi oleh dua (2) narasumber dari Sekretariat  Direktorat Jenderal KSDAE. Narasumber memberikan informasi dan cara dalam menyusun BAST sesuai dengan template yang disediakan dari Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE dan cara melaporkannya.

Sebelum pelatihan ditutup, ACB, KLHK/NWT, dan Yayasan Penabulu sebagai Service Provider melakukan koordinasi berkaitan dengan pelaksanaan SGP Indonesia seperti rencana joint visit, perbaikan PMM Indonesia, dan persiapan Call for Proposal Pertama SGP Indonesia.

Pelatihan GraMMS dan BAST ini dibuka dan ditutup oleh Ibu Nining Ngudi Purnamaningtyas, S.Hut., M.Si. (Kepala SubDit Penerapan Konvensi International, Direktorat Jenderal KSDAE-KLHK/Chair of National Working Team).

 

Pertemuan Para Pihak Pembahasan Inception Report – SGP Indonesia, Jakarta

Jakarta, 20 Juni 2019. Pertemuan Para Pihak antara KLHK, ACB dan Service provider – Penabulu dilaksanakan di Kantor Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Pertemuan Para Pihak mendiskusikan Inception Report – SP dan Project Manual Management Program Hibah Kecil Indonesia (SGP Indonesia), tanggapan terhadap masukan PMM Indonesisa, Pelatihan Penggunaan Program Management and Monitoring System (GraMMS), dan Penyusunan Berita Acara Serah Terima (BAST), serta Rencana Joint Visit antara NWT, SP-Penabulu, dan ACB.

Pembahasan dilakukan dengan pemaparan Inception Report of Service Provider-Penabulu, pemberian masukan terhadap PMM serta beberapa komitment terhadap rencana tindak baik pelatihan penggunaan GraMMS dan BAST, serta Rencana Joint Visit ke TNGL dan TNWK.

Penabulu juga akan menyusun panduan singkat program hibah kecil dan mikro SGP Indonesia yang bertujuan untuk membantu proponen dalam penyusunan proposal SGP Indonesia.

Pertemuan ditutup oleh Ibu Nining Ngudi Purnamaningtyas sebagai Kepala Sub-Direktorat Penerapan Konvensi International, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati – Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) yang menekankan proses pertemuan ditulis dalam Meeting of Minutes untuk disepakati dan dilaksanakan.

Penutupan Program Hibah KIAT untuk Penguatan CSO di Bidang GESI, Mataram, NTB

“ Kami berkomitmen untuk terus mengawal pengarusutamaan GESI khususnya dalam sektor infrastruktur di NTB” demikian kurang lebih komitmen bersama semua pihak yang hadir di acara Penutupan Program hibah KIAT untuk Penguatan CSO di Bidang GESI di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).  2 Mei 2019, di Hotel Lombok Astoria Kota Mataram, ditetapkannya komitmen bersama itu  merupakan dukungan tersendiri bagi seluruh pegiat isu kesetaraan gender dan inklusi sosial untuk terus berkarya dengan penuh semangat di NTB.

Lokakarya sehari ini dihadiri oleh tak kurang dari 150 orang yang merepresentasikan para pihak yang bekerja di sektor GESI dan sektor Infrastruktur. Tidak hanya dari jajaran Pemerintah Provinsi NTB, lokakarya ini juga dihadiri undangan dari Bappenas Republik Indonesia dan Kementerian PUPR RI.

Dibuka oleh Ibu  Dr. Siti Rohmi Djalilah, M.Pd, Wakil Gubernur Provinsi NTB. Kegiatan ini merupakan ruang yang mampu menunjukkan, ketika semua pihak berada dalam satu tujuan yang sama maka No One Left Behind – tidak ada siapapun yang ditinggalkan – mantra sakti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bukan hanya isapan jempol belaka.

Tidak hanya organisasi mitra KIAT di NTB, FLLAJ NTB, FLLAJ Kabupaten Lombok Barat, IWAPI dan HWDI NTB yang mempresentasikan segala capaian menarik yang berhasil dicapai sepanjang durasi program. Dalam kegiatan ini juga hadir dua service provider yang berbagi proses kala memberikan dukungan penguatan kapasitas pengelolaan keuangan, Koperasi Annisa , dan Yayasan Penabulu dengan layanan penguatan kapasitas pengelolaan program.

Hadir pula dalam acara ini, narasumber-narasumber yang memiliki kiprah yang tak diragukan lagi di bidang masing-masing seperti Ibu Lila Noerhayati dari Sekretariat Gender Kementerian PUPR yang berbagi tentang isu Gender. Mas Ramli Ernanda (Seknas Fitra NTB) yang bercerita tentang bagaimana komunitas mampu mendorong sebuah kebijakan melalui riset aksi mandiri. Bapak Hamid Abidin (Perhimpunan Filantropi Indonesia) yang memberikan gambaran peluang pendanaan dari sektor filantropi untuk keberlajutan program. Serta Mas Eko Komara, direktur Yayasan Penabulu, yang mengingatkan dan menguatkan kembali, akan pentingnya ruang-ruang kolaborasi antar semua pihak sebagai alat penting untuk suksesnya Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.

Ditutup oleh Bapak Fauzan Khalid, S.Ag, M.Si, Bupati Kabupaten Lombok Barat. Penutupan Program hibah KIAT untuk Penguatan CSO di Bidang GESI di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga merupakan tanda berakhir pula tugas kami, tim penguatan CSOs Mitra KIAT di NTB dalam memberikan layanan dukungan dengan kesan mendalam bagi organisasi mitra kami di sana. (TY)

Pelatihan Mobilisasi Sumber Daya Organisasi Mitra KIAT Program GESI-CSE, Mataram, NTB

Sumber daya bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) merupakan salah satu pilar yang akan memberikan dukungan bagi gerak organisasi untuk dapat menjalankan misi yang telah ditetapkan sehingga visi organisasi dapat dicapai.

Namun sejauh mana sumber daya dapat memberikan dukungan yang optimal bagi organisasi? Apakah memiliki ketercukupan sumber daya mampu membuat organisasi dapat tetap mempertahankan kelangengan program dalam jangka panjang? Apakah organisasi telah dengan benar mengelola sumber daya yang dimiliki saat ini? Atau, apa yang harus dilakukan organisasi untuk mengoptimalkan sumber daya yang telah dimiliki sehingga mampu mengungkit daya dukung dan membuka peluang baru bagi organisasi?

Untuk mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, dengan bertempat di Hotel Aston Inn Mataram pada tanggal 29-30 April 2019, Yayasan Penabulu menyelenggarakan Pelatihan Mobilisasi Sumber Daya bagi organisasi yang menjadi mitra KIAT untuk program GESI-CSE di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pelatihan ini dihadiri oleh representasi dari; FLLAJ NTB (3 orang), FLLAJ Lombok Barat (5 orang), IWAPI NTB (5 orang), dan HWDI NTB (5 orang), serta service provider KIAT lainnya di NTB-Annisa- sebagai observer dalam kegiatan.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pengelola program GESI-CSE di organisasi mitra KIAT di NTB agar dapat mengelola sumber daya yang telah dimiliki saat ini dan pada saat yang sama mendorong kemampuan mereka untuk dapat membangun mekanisme kolaborasi dengan para pihak yang berpotensi memberikan dukungan bagi organisasi, sehingga gagasan-gagasan organisasi dapat dijalankan dalam jangka panjang.

Dipandu oleh Tino Yosepyn sebagai fasilitator, Ratna Dwi Puspitasari sebagai trainer mobilisasi sumber daya, dan Herman Simanjuntak, narsumber yang berbagi pengetahuan tentang bagaimana menjalin kerjasama dengan sektor swasta. Para peserta menjalani kegiatan dengan riang dan gembira.

Di ujung pelatihan, para peserta mencoba untuk merencanakan mekanisme mobilisasi sumber daya yang paling memungkinkan untuk dilakukan dan sesuai dengan karakteristik organisasi mereka. Hasilnya, FLLAJ NTB akan mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dengan menggandeng penyedia layanan transportasi online untuk promosi keselamatan jalan, FLLAJ Kabupaten Lombok Barat akan bekerja tidak hanya dengan sektor swasta namun juga BUMN untuk kampanye peduli berlalu lintas, IWAPI NTB akan menguatkan anggota mereka melalui UKM yang bekerja dengan mitra-mitra strategis seperti BULOG untuk membentuk jaringan distribusi sembako, dan HWDI NTB akan menggalang relawan yang akan mendukung mereka untuk menguatkan organisasi mereka di masa datang. (TY)

Lokakarya Penyegaran CSO Mitra KIAT Program GESI-CSE, Mataram, NTB

Tanggal 11-13 April 2019, bertempat di Hotel Aston-Inn Mataram, Penabulu dengan dukungan Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur menghelat kegiatan Lokakarya Penyegaran bagi CSO Mitra KIAT Program GESI-CSE di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Total yang hadir dalam kegiatan ini sebanyak 30 orang  yakni; 20 orang representasi organisasi mitra KIAT (FLLAJ NTB, FLLAJ Lombok Barat, IWAPI NTB, HWDI NTB); 3 orang representasi Annisa yang bertindak sebagai observer sekaligus peserta aktif; 2 orang representati KIAT sebagai observer sekaligus narasumber untuk manajemen operasional program; dan 5 orang representatif Penabulu yang terdiri atas panitia, trainer, dan fasilitator.

Selain bertujuan untuk menguatkan kapasitas peserta baik secara individu maupun organisasi dalam konteks pengarusutamaan GESI melalui pelibatan sektor masyarakat sipil (CSE), lokakarya ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam merancang program GESI-CSE secara mandiri sebagai bagian dari keberlanjutan program di masa depan.

Dalam lokakarya ini, bersama dengan Suhendro Sugiharto yang kerap dipanggil “Om Ebbe” peserta belajar tahap demi tahap dalam merancang sebuah program, bagaimana merumuskan isu yang akan dijawab lalu diturunkan kedalam sebuah kerangka logis sehingga dapat dilakukan monitoring dan evaluasi dengan lebih terstruktur. Tidak hanya itu, dipandu oleh Tino Yosepyn, peserta juga belajar tehnik fasilitasi salah satu modal yang wajib dimiliki oleh para pegiat di isu-isu sosial yang kerap bersinggungan dengan banyak pihak.

Kehadiran Pak Willy dan Pak Ali, dua orang kawan dari KIAT yang berbagi pengetahuan tentang bagaimana cara efektif mengelola keuangan organisasi dalam konteks keuangan proyek juga memberikan warna lain dalam kegiatan ini.

Di penghujung kegiatan, pernyataan dari Mbak Madiana, Program Manager IWAPI, “Lokakarya ini menunjukkan bahwa walaupun permasalahan dan solusi yang diambil berbeda-beda, seluruh kelompok sosial memiliki tujuan yang sama, yaitu Indonesia yang aman, nyaman, adil, dan gembira” menjadi catatan yang mampu membangkitkan harapan kami. (TY)

Pertemuan Awal dengan National Working Team KLHK, Jakarta

Jakarta, 4 April 2019. Pertemuan bertempat di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dihadiri oleh Ibu Nining Ngudi Purwaningtya (NWT), Roswitha (Liason ACB), dan Penabulu. Dr. Teguh Triono (Chief Grant Management) bersama Tim SP – Penabulu menjelaskan tentang posisi dan peran Yayasan Penabulu yang telah menandatangani perjanjian kontrak sebagai Service Provider dengan ACB dan penabulu juga sudah memberikan masukan terhadap dokumen Project Manual Management (PMM) yang dikirimkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia cq. Kasubdit Penerapan Konvensi Perjanjian Internasional dan ACB serta GITEC. Dan Kasubdit belum memberikan tanggapan khusus terhadap masukan Penabulu dan Chief Grant Manager juga telah memberikan beberapa point penting terkait dokumen Project Management Manual (PMM) Indonesia, seperti: Penyesuaian Diagram; Penerima Hibah, Cost Norm, Micro Grants, dan Berita Acara Serah terima (BAST).

Penyesuaian diagram diharapkan dipadupadankan dengan narasi seperti dalam tanggapan SP – Penabulu. Terkait Cost Norms, KLHK akan melakukan diskusi bersama ACB dan GITEC agar disesuaikan dengan Standar Biaya Umum (SBU) Provinsi dan Kabupaten agar tidak menganggu pelaksanaan di lapangan.

Diskusi berlanjut dengan membahas tentang penerima hibah adalah NGO lokal atau Nasional sebagai bentuk peningkatan kapasitas sesuai dengan arahan Peratuan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2016 Tentang Organisasi Kemasyarakat yang Didirikan Warga Negara Asing dan telah dikomunikasikan dengan GITEC sebagai masukan dari Penabulu sebagai Service Provider. KLHK berharap Micro Grants dapat diberikan kepada kelompok masyarakat (Community Development) dan bersifat tidak memberatkan kelompok masyarakat atau dapat digunakan secara responsive dana tau disesuaikan dengan arahan dokumen CMP atau bukan untuk penelitian dan Micro Grants juga akan ditambahkan dalam Project Manual Management (PMM) termasuk didalamnya Monitoring dan Evaluasi. Dan KLHK juga akan terlibat dalam internal training khususnya dalam Penyusunan BAST.

Dalam pengembangan system informasi KLHK telah mencoba system yang dibangun ACB dalam penilaian secara online. NWT menyarankan tahapannya menggunakan metode manual dan kemudian dimasukan secara online ketika tim penilai (NWT) dalam penilaian proposal proponen. KLHK juga berharap Penabulu berkomunikasi aktif dengan UPT dimasing-masing Taman Nasional dan Penabulu sebagai Service Provider diharapkan bisa menjelaskan pada proponen terkait akses hibah kecil.

Internal Meeting – KfW dan Service Provider (Penabulu), Jakarta

Jakarta, 22 Maret 2019. Yayasan Penabulu bersama KFW dan PILI mengadakan pertemuan untuk membahas tentang rencana kerja untuk Program Hibah Kecil Indonesia di Rumah Kemuning – Yayasan Penabulu. KFW yang diwakili oleh Gunther Meyer dan Bapak Iwan Setiawan dari PILI hadir dalam pertemuan ini.

Pertemuan membahas Project Manual Management (PMM) oleh Gunther Meyer (KFW) dan alur kegiatan program hibah kecil dan menjelaskan diagram disbursement dimana Penabulu yang akan  menandatangani kontrak atau agreement dengan proponen terpilih.

Dalam kriteria seleksi proposal, Penabulu juga memiliki kesempatan dalam melakukan penyesuaian ataupun revisi jika diperlukan sesuai konteks nasional dengan berkonsultasi bersama NWT. Kriteria seleksi terkait eligibility proponen pada program hibah kecil, Penabulu akan membantu mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan eligibility status untuk Organisasi International (PP 59 Tahun 2016 tentang Organisasi Kemasyarakatan Yang Didirikan Warga Negara Asing) dan Surat Penjelasan Dirjen KSDAE tentang Organisasi International serta boleh tidaknya aplikasi dana bilateral pada Gunther Meyer (KFW).

Untuk tahapan pengajuan proposal oleh proponen, Gunther menyerahkan pada Penabulu untuk proses seleksi dengan melibatkan KKH/NWT dan Taman Nasional dengan menggunakan Program Management and Monitoring System (GraMMS) dari ACB dan akan dilaksanakan pelatihan GraMMS oleh ACB untuk SP dan NWT. Sedangkan Pak Iwan Setiawan yang merupakan konsultan dari GITEC juga sebagai penyusun CMP TNWK juga memaparkan hasil CMP TNWK yang telah disusun PILI.

Pelatihan Pengelolaan Keuangan Organisasi Nirlaba – Mitra CEPF

Pelatihan Pengelolaan keuangan Organisasi Nirlaba dilaksanakan untuk mendukung lembaga mitra dalam Program Kemitraan Wallacea. Pelatihan ini bertujuan agar organisasi mitra CEPF dapat menyelenggarakan tata kelola keuangannya secara transparan dan akuntabel, memahami ketentuan dan prinsip yang berlaku secara umum dalam mengelola keuangan proyeknya, dapat menyusun laporan keuangan dengan baik dan menyusun standart operasional prosedur keuangan Lembaga sebagai acuan penyelenggaraan keuangan di Lembaga.

Pelatihan keuangan dibagi menjadi 2 (Low Level dan Advance Level) berdasarkan penilaian hasil assessment yang dilakukan oleh Penabulu dan pendampingan yang dilakukan oleh Burung Indonesia. Pelatihan ini dilakukan di 4 wilayah yaitu Ambon, pada tanggal 26-29 November 2018, Maumere, pada tanggal 10-14 Desember 2018, dan Makassar, pada tanggal 15-18 Januari 2019 (untuk low level), sedangkan untuk advance level diadakan di Makassar pada tanggal 21-24 Januari 2019.

Organisasi Mitra yang terlibat dalam pelatihan adalah:

  1. Fanty Pattikow dari YASTRA
  2. Marlina Lopa dari Mia Wola
  3. Lenda MelMambessy dari YASTRA
  4. Reki Patamanue dari KKI
  5. Fitriah dari LPPM Maluku
  6. Ernawati Suatrat LPPM Maluku
  7. Hilda Fabanyo dari YPPM
  8. Yakoba Lentatu, Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES)
  9. Getrudis Dari, Wahana Tani Mandiri (WTM)
  10. Honorarius Quintus E, Wahana Tani Mandiri (WTM)
  11. Ernestina Dua Sina Harona, Wahana Tani Mandiri (WTM)
  12. Yuliana Nogo, Lembaga Pengembangan Masyarakat Lembata (BARAKAT)
  13. Magdalena Tolok, Yayasan Ayu Tani
  14. Maria Neriana, Yayasan Kasih Mandiri Flores Alor Lembata (SANDI FLORATA)
  15. Meliana Mase, Yayasan Kasih Mandiri Flores Alor Lembata (SANDI FLORATA)
  16. Nur Syafira Izzati – SiKAP Institute
  17. Tri Hardiyati – YAPEKA
  18. Ardiansah – ROA
  19. Adeline CH.Mengko – Rumah Ganeca
  20. Rini Astuti – Imunitas
  21. Yunita Djarang – Perkumpulan Sampiri
  22. Sella Runtulalo – Manengkel Solidaritas
  23. Ellias Palalas – Perkumpulan Salanggar
  24. Yopy Hary – YPAL Poso
  25. Wawan Akuba – Aji Gorontalo
  26. Ninang Odja – Japesda Gorontalo
  27. Fatmawati – Aman Sinjai
  28. Fitriani – Balang Institute
  29. Novi Herman Sada – Fak. Kehutanan Unanda
  30. Mursida – YBS Palopo
  31. Ida Irawati – Burung Indonesia, Cab.Gorontalo
  32. Ichen Rodriquez – Burung Indonesia, Cab.Labuan Bajo
  33. Laurensius Naja dari Yayasan Tananua
  34. Erwin Setiawan dari FKKM
  35. Nurlela dari Perkumpulan Wallacea
  36. Siswati dari Fakultas Perikanan UNANDA
  37. Achmad Ariefiandy dari Komodo Survival Program
  38. Risaldy Muhammad dari AMAN Malut
  39. Linda Biki dari KARSA Institute
  40. Paulina Uktolseja dari Baileo
  41. Ronald Kondolembang dari UNIERA
  42. Maria Albertina Rianghepat dari YPPS
  43. Erwin dari Payo-payo

Dalam kegiatan ini dipandu oleh Paul Mario Ginting sebagai Project Manajer CEPF Yayasan Penabulu dan Ratna Dwi Puspitasari sebagai Trainer Keuangan, Ahmad Sofyan sebagai Trainer Pajak dan Subhan sebagai Trainer Software Sango. Pelatihan ini diadakan selama 4 hari dengan metode paparan dan praktik menggunakan excel (untuk low level) dan praktik menggunakan software (untuk advance level).

Secara keseluruhan pelaksanaan Pelatihan Pengelolaan Keuangan Bagi Mitra CEPF di di berbagai tempat berjalan lancar. Beberapa kesimpulan dari proses pelaksanaan kegiatan adalah:

  • Peserta antusias untuk mengikuti seluruh kegiatan dari awal sampai akhir
  • Beberapa peserta adalah pengelola keuangan proyek di organisasinya, belum pada level pengelolaan keuangan lembaga, sehingga pengelolaan keuangan lembaga menjadi hal baru bagi peserta.
  • Materi yang cukup menarik perhatian semua peserta adalah “Fraud” (baik peserta low level ataupun advance level) dan “Pencatatan Keuangan Sederhana” (untuk peserta low level).
  • Peserta mampu mengidentifikasi materi mana yang menjadi perioritas untuk diimplementasikan segera di organisasinya.

Dalam implementasi pelatihan, waktu yang dialokasikan terbatas, sedangkan untuk bisa memahami materi peserta lebih menyukai metode praktik sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.

Pelatihan Mobilisasi Sumber Daya Organisasi Masyarakat Sipil

Penguatan peran organisasi masyarakat sipil dalam pembangunan berkelanjutan jelas membutuhkan dukungan sumberdaya. Akan tetapi, bagaimana kita harus memandang relasi ‘keterbutuhan’ ini? Apa yang menjadi sumber daya utama dalam upaya mengawal inisiatif bersama? Sumber daya tidak bisa lagi hanya didefinisikan sebagai dukungan dana. Partisipasi dan keterlibatan publik, bahkan kini telah jauh lebih berharga. Kemitraan, jejaring, aliansi ataupun sindikasi telah menjadi tuntutan strategi. Dukungan sumber daya bersumberkan dana CSR, atau dukungan swadaya komunitas serta hasil penggalangan dana publik akan menjadi celah alternative.

Penabulu dengan dukungan Program Kemitraan Wallacea (CEPF) melakukan Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya bagi peningkatan kapasitas organisasi mitra di PFA 1-7 dalam memobilisasi sumber daya potensialnya. Pelatihan Mobilisasi Sumber Daya Organisasi Masyarakat Sipil untuk Mitra CEPF dilaksanakan dibeberapa tempat diantaranya:

  1. Di Palu, tanggal 26-29 Maret 2018, mitra yang terlibat dalam pelatihan ini adalah Japesda, Aji Gorontalo, Salanggar, SIKAP, ROA Palu, KARSA, UNANDA Fak. Kehutanan, Perkumpulan Wallacea Palopo, YBS, YPAL Poso, IBCSD, dan Perkumpulan Imunitas.
  2. Di Makassar, tanggal 02-05 April 2018, mitra yang terlibat dalam pelatihan ini adalah Perkumpulan Manengkel Solidatitas, Perkumpulan Sampiri, Yayasan Rumah ganeca, YAPEKA, Yayasan IDEP Selaras Alam, FKKM, jurnal Celebes, Payo-payo, Aman Sinjai dan Balang Institute.
  3. Di Ambon, tanggal 16-19 April 2018, mitra yang terlibat dalam pelatihan ini adalah Perkumpulan Konservasi Kakatua Indonesia (KKI), Aman Maluku Utara, UNIERA, SEMANK, Yayasan Mia Wola, LPPM, Yayasan Wallacea, YASTRA, Yayasan Baileo, YPPM dan Lembaga Pesisir dan Lautan Kie Raha.
  4. Di Maumere, tanggal 02-05 Mei 2018, mitra yang terlibat dalam pelatihan ini adalah Barakat, YPPS, Yayasan Tananua, KSP, Yayasan Tunas Jaya, YAKINES, Yayasan Ayu Tani, WTM, Sandi Florata dan justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC)

Pelatihan ini bertujuan untuk Memberikan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan Organisasi mitra Program Kemitraan Wallacea (CEPF) dalam melakukan mobilisasi sumber daya sebagai upaya perluasan dan keberlanjutan kerja organisasi, meliputi:

  1. Peningkatan pemahaman dan keterampilan pimpinan Organisasi Masyarakat Sipil dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi
  2. Peningkatan pemahaman dan keterampilan pimpinan Organisasi Masyarakat Sipil dalam melakukan kerja-kerja mobilisasi sumber daya dengan pihak luar yang punya potensi untuk mendukung kerja-kerja organisasi
  3. Memperkuat kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil di Indonesia dalam mengelola dan menggerakkan sumber daya organisasi.

Dengan adanya pelatihan Mobilisasi Sumber Daya masyarakat Sipil, harapannya para pimpinan organisasi memahami konsep mobilisasi sumber daya bagi keberlanjutan organisasi sehingga mampu untuk mengambil keputusan bagaimana mengelola sumber daya yang dimiliki untuk keberlanjutan organisasi, memahami cara kerja pelibatan pihak luar baik pihak swasta/sektor bisnis, pemerintah, atau pihak-pihak lain yang mendukung kerja organisasi, mampu mengelola dan menggerakkan sumber daya organisasi dan mampu  menyusun  Rencana Aksi Mobilisasi Sumber Daya yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing organisasi

Pelatihan Project Cycle Manajement bagi Organisasi Masyarakat Sipil di Wallacea

Yayasan Penabulu sebagai salah satu mitra CEPF, berperan untuk mendukung upaya peningkatan kapasitas CSO di Wallacea dalam konservasi dan pemanfaatan keragaman hayati secara berkelanjutan. Pelatihan ini tidak semata-mata diadakan untuk mempersiapkan pengucuran hibah kepada CSO setempat, tetapi lebih untuk meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan menghubungkan kegiatan konservasi dengan livelihood, serta meningkatkan pemahaman dalam perencanaan, implementasi dan monitoring program konservasi secara umum.

Kegiatan ini dilakukan dibeberapa wilayah di Wallacea diantaranya:

  1. Di Area Prioritas Program, Seram dan Koridor laut Buru. Yang mana area prioritas ini

mencakup wilayah Maluku dan Maluku Utara.

Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari di kota Ambon pada tanggal 10 – 13 Oktober 2016. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa organisasi lokal yang bekerja di wilayah Maluku dan Maluku Utara terutama di area prioritas program “Seram dan Koridor laut Buru”, organisasi tersebut diantaranya: Yayasan Arman, YPPM (Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat), Yayasan LITANI, Yayasan ALMENDO, Yayasan GITA KASIH, KIRANIS, Yayasan Walang Perempuan, Arica Mahina dan Yayasan TITAMAE.

  1. Di Area Prioritas Program, Kepulauan Sangihe-Talaud dan Koridor Laut Sulawesi Utara.

Kegiatan dilakukan di kota Manado pada tanggal 17 – 21 Oktober 2016.  Organisasi Lokal yang terlibat pada kegiatan ini diantaranya: LPMF 21, Yayasan Areceles, Perkumpulan Rumah Ganeca Sulut, Perkumpulan Kompas Kabupaten Kepulauan Siau, SMES-KEHATI-Tahuna-Sangihe, Perkumpulan Elung Benua Kabupaten Kepulauan Sangihe, AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), LP2S (Lembaga Pemberdayaan dna Pengembangan Sumberdaya, KPA SPINK dan Forum Rakyat.

  1. Di Area Prioritas Program, Flores dan Koridor Laut Solor – Alor.

Kegiatan ini dilakukan di kota Maumere pada tanggal 13 – 16 Desember 2016. Organisasi Lokal yang ikut serta dalam kegiatan ini diataranya adalah: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Nusa Bunga, FPKM (Forum Peduli Kawasan Mbeliling, FIRD (Flores Institute for Resource, LSM Garuda, Yayasan Tunas Jaya, Yayasan Mitra Tani Mandiri-Flores, Sanlima (Yayasan Peduli Sesama), Yayasan Anak Cucu Sejahtera, Lembaga Swadaya Masyarakat Bunga Bali, dan Ecofloresta Lembata. Satu lambaga yang tidak hadir adalah Yaspensel Larantuka.

  1. Di Area Prioritas Program, Halmahera dan Koridor Laut Halmaher

Kegiatan ini dilakukan di kota Ternate pada tanggal 09 – 12 Januari 2017. Kegiatan ini diikuti oleh: Persatuan Lingkar Arus Mahasiswa (PILAS), Yayasan Studi Etnologi Masyarakat Nelayan Kecil (SEMANK), Lembaga Mitra Lingkungan Maluku Utara (LML), Pusat Studi Bencana Univ. Khairun, Jaringan Konservasi Halmahera, Global Bahari Maluku Utara, Yayasan Abdi Kie Raha, Yayasan Mia Wola, Yayasan Saloi, dan Perkumpulan Masyarakat Adat Suku Wayoli Provinsi Maluku Utara.

  1. Di Area Prioritas Program, Togean – Banggai.

Yang mana area prioritas ini mencakup wilayah Sulawesi Tengah. Kegiatan ini dilakukan di kota Luwuk pada tanggal 16 – 19 Januari 2017. Kegiatan ini diikuti oleh 10 Lembaga local, diantaranya adalah:  Perkumpulan Salanggar (Salanggar Seni Lokal dan Penggiat Media Rakyat), Institute PEYARITA, Yayasan Panorama Alam Lestari (YPAL) Kab. Poso,  Perkumpulan Banggai Herritage (PBH),  Yayasan Bina Ekowisata dan sumberdaya Masyarakat (BEST),  Lembaga Perhimpunan Kita (LPK), LEKAS, PIJAK (Lembaga Pengembangan Informasi dan Konservasi), Yayasan Toloko,  dan SIKAP Instute.

Pada pelatihan Project Cycle Manajemen ini, peserta pelatihan pada umumnya sudah terbiasa dalam desain dan pengelolaan program walaupun tidak semua organisasi yang terlibat dalam pelatihan bergerak dalam isu konservasi. Meskipun demikian pemahaman konteks konservasi dapat dipahami dengan baik oleh para peserta pelatihan. Lewat pelatihan Project Cycle manajemen harapannya peserta pelatihan dapat menerapkan dengan baik seperti apa konteks konservasi itu sehingga dikedepannya ketika mereka harus menangani isu konservasi kembali, mereka dapat menanganinya dengan baik walaupun organisasi mereka tidak terlibat langsung dalam isu konservasi.